Page 28 - Vol. Edisi Semester 1 2023
P. 28

"Makanya Ai, kamu itu jadi kaya Danau. Jadi anak itu yang rajin biar
               pinter, masa jam segini masih belum bangun tidur," ujar bapak.

               Sebenarnya ucapan itu lebih tepat dikatakan sebagai ocehan yang
               membandingkan antara Air dan Danau. Hal itu sudah menjadi hal yang
               biasa didengar oleh Air, jadi ia sudah tidak heran atau terkejut lagi
               dengan ucapan bapak. Walau begitu, kadang Air masih merasa sakit
               hati. Tak terlalu menggubris perkataan bapak, Air hanya langsung
               meninggalkan rumah dan berangkat ke sekolah. Sedangkan bapak
               hanya duduk di sofa menatap Air yang kini mulai ditelan jarak.

               Jarak antara rumah Air dan sekolah memang tak terlalu jauh, jadi Air
               berangkat sekolah berjalan kaki. Langkah demi langkah mulai terasa
               berat bagi Air, ia mulai memikirkan sekenario terburuk yang akan
               terjadi nantinya saat ia bertemu dengan teman-teman sekolah yang
               tidak menyukainya.





                                               Walau berat, ia tetap berjalan menuju kelas. Dan benar saja, Air langsung
                                          dihadang oleh Kinan dan Erlin yang langsung merebut paksa buku matematika
                                                  milik Air untuk mencotek jawabannya. Di sisi lain Air hanya bisa diam
                                                                                          mematung tak berdaya.

                                              Satu, dua, dan tiga mata pelajaran selesai. Kini mata pelajaran selanjutnya
                                          adalah biologi. Materi hari ini adalah bab virus, guru menerangkan seperti biasa
                                           dan Air mencatat tanpa terlalu memperhatikan guru. Sampai pada suatu saat,
                                                    Bu Deliya—guru biologi memberikan wejangan kepada para murid.

                                         "Masa dewasa itu tidak enak, percaya tidak percaya perkataan Bu Deliya ini akan
                                                kalian rasakan entah sekarang atau nanti. Suatu saat nanti, ketika kalian
                                           mendapatkan masalah, kalian tidak harus selalu menghadapi masalah dengan
                                              masalah. Terkadang kalian hanya perlu berkata 'yasudahlah'. Artinya tidak
                                            semua masalah itu ada jalan keluarnya, ada beberapa masalah yang memang
                                          hanya ikhlas solusinya," tutur Bu Deliya sembari menatap semua murid dengan
                                                                          seulas senyum mengembang diwajahnya.







             Sontak perkataan itu membuat Air mematung dan merenung.
             Apa ini jawaban dari semua permasalahan Air selama ini. Bahwa
             sebenarnya ia hanya perlu berdamai dengan keadaan bahwa ia
             memang tidak bisa membuat semua orang menyukainya, dan
             bahwa sebenarnya tidak sempurna dalam beberapa hal itu tidak
             apa-apa. Mungkin ucapan ini tidak bisa menyelesaikan semua
             masalahnya, terutama masalah bullying yang ia alami, tetapi
             setidaknya ucapan itu menyembuhkan sedikit luka dalam hati.

             "Dan sekali lagi, banyak hal-hal yang kian hari semakin ku
             pelajari. Bahwa memaafkan kesalahan mereka adalah jalan
             keluar di atas segalanya."








           Karya : Keysha Ezra Anjani
   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32   33