Page 24 - Vol. Edisi Semester 1 2023
P. 24
Kurasa Bukan Hal Sepele
J
am dinding di atas tempat tidur Keesokan harinya, matahari kembali
sudah menunjukkan pukul sebelas malam. menyuruh para ayam untuk segera
Sementara bola mata seorang remaja yang berkokok. Seakan tak akan membiarkan
diterangi cahaya handphone, tak henti- seorang pun terlambat bangun pagi.
hentinya bergerak lincah. Sedetik Reina, yang saat ini statusnya adalah
kemudian, helaan napas kasar terdengar. siswi SMA, segera beranjak dari kasurnya
Tangan yang menggenggam benda pipih untuk bersiap berangkat. Tak butuh waktu
canggih itu dihempaskan ke kasur seiring lama baginya hingga kembali duduk di
dengan kelopak matanya yang tertutup. bangku kelas kesayangannya. Nampaknya
dirinya berangkat sangat pagi hingga
“Kenapa harus se-menyedihkan ini sih,” dapat bersantai lama di kelasnya. Karena
ucap remaja itu sambil memandang langit- terlalu bosan, ia memutuskan keluar kelas
langit kamar. Ketika sedang asyik untuk sekedar ke wastafel, membersihkan
melamun, tiba-tiba saja ia mendengar sedikit bolpoinnya yang terkena tinta
ketukan di pintu kamarnya. bocor. Saat sedang sibuk membersihkan
“Ini Ibu, Reina," ucap sang ibu yang noda tinta di bolpoinnya, pandangannya
seakan mengetahui pikiran putrinya. tak sengaja tertuju pada Fera, teman
“Apa yang kamu lakukan malam-malam sekelasnya.
begini, kenapa belum beranjak tidur? Masih
memikirkan makhluk halus satu itu?” "Ya ampun, ini masih pagi, haruskah aku
Reina yang mendengar ucapan sang ibu pun merasa sebal di pagi yang cukup cerah
membelalakkan matanya. Namun sedetik ini?! Huft,” ucap Reina yang geram saat
kemudian menormalkannya kembali. melihat Fera tengah mengganggu seekor
kucing.
“Ibu membuat otakku berpikir lebih Ini adalah yang kesekian kalinya Reina
keras,” ucap Raina sembari menutupi
wajahnya dengan bantal tidur. "Ahaha, melihat perbuatan buruk Fera. Fera selalu
mengusir, mendorong, bahkan tega
sudah-sudah sekarang tidurlah. Kau bisa
melanjutkan pikiran cemasmu itu besok melempari makhluk berbulu halus itu
dengan kerikil. Hingga akhirnya Reina
pagi,” perintah sang ibu santai sembari
beranjak keluar dari kamar. Reina hanya merasa cukup sudah, ia tak boleh
membiarkan teman sebangkunya itu
bisa mengembuskan napasnya kembali.
Memilih untuk kembali tidur. berbuat yang tak semestinya pada kucing.