Page 44 - Vol. Edisi Semester 2 2024
P. 44
Kini ia tidak perlu khawatir dengan dirinya. Ia tidak akan merasa sendirian
lagi. "Syukurlah," hari menjelang malam ditutup bersamaan dengan monologku.
ㅤㅤㅤㅤAku mencarinya kemana-mana. Sekarang aku malah melihatnya berdiri
di ujung jalan sendirian. "Ternyata kau berada disini," ucapku menyapanya. Ia
hanya mengembangkan senyumnya kearahku. "Aku tidak melihatmu di sekolah
tadi pagi, kau membolos?" lanjutku menuduhnya. "Seorang Himawari lebih suka
menghabiskan waktunya demi bermain dan mengagumi bunga sakura, benar
bukan?" aku hanya memutar bola mataku malas mendengar ocehannya.
"Sekarang aku hanya tahu bahwa kau anak cerdas dan berbakat, bukan anak
yang suka bermain-main seperti ini. Ayo kelas berikutnya akan dimulai! "
tegasku mengajaknya kembali ke kelas. Aku menggandengnya dan ia
mematuhiku.
ㅤㅤㅤㅤAku mengamati makanannya yang masih tersisa cukup banyak.
Seharusnya ia menikmati makanan kesukaannya dengan lahap. "Kau tidak
menghabiskannya?" aku membuyarkan lamunannya. Ia menggeleng. "Tidak apa,
aku bisa membantu menjelaskan kepada ibumu, nilaimu turun bukan karena kau
gagal, kau kan sedang sakit," suara lirihku menenangkannya. Toh, aku berada
disampingnya, mendukungnya, setidaknya Himawari tidak akan terluka. Teman
bukankah seharusnya seperti itu?
ㅤㅤㅤㅤSelama satu bulan, bahkan sekarang ia belajar dengan
sungguh-sungguh kali ini. Kelulusan dan perguruan tinggi impian
sudah menunggunya. Ngomong-ngomong sedari tadi aku hanya
menceritakan Himawari, bagaimana denganku sendiri?
ㅤㅤㅤㅤAku melihat ibuku berduka. Ia baru saja kehilangan orang asing yang
selama ini tinggal bersamanya. Aku juga melihat teman-teman ibuku yang tidak
pernah aku kenal, datang dan memberi penghormatan terakhir untukku,
menghibur ibuku, dan ikut memasang raut muram bersimpati. Padahal kami
saja tidak pernah saling bertemu. Himawari, temanku, juga tidak pernah ada
untuk sekian lama. Padahal dia berjanji lolos perguruan tinggi untukku.
ㅤㅤㅤㅤNyatanya sekarang ia bebas. Karena aku, Himawari. Aku
tidak lagi terbelenggu oleh apapun dan siapapun. Lagipula,
bukankah Himawari hanya nama belaka?
Jika ternyata bunga matahari yang asli saja bersinar demi
orang lain melainkan bukan demi dirinya sendiri.
35