Page 39 - Vol. Edisi Semester 1 2023
P. 39

"Kangen teman-teman," ucap Rain dengan mata yang memias dan tangannya yang menggenggam buku
      itu erat-erat. Dirinya kemudian mengambil gawainya yang ia letakkan tepat di meja samping kasurnya,
      memulai panggilan grup.
      "Hai, udah lama ya." Rain memulai pembicaraan dengan terus menggigiti bibirnya.

      "Ih, tetehhh!!!".
      Di ujung sana, temannya Ria menjawab dengan menggebu-gebu dengan memanggilku teteh. Teteh bisa
      dibilang panggilan teman sekelasku saat itu, asal usulnya sih hanya karena diriku yang memarahi
      temanku dengan bahasa Sunda pada saat hari MPLS pertama. Awalnya aku tidak setuju dengan panggilan
      teteh-teteh ini, tapi mau bagaimana lagi, nasi telah menjadi bubur kalau kata peribahasa nya karena
      semau jadi memanggilku dengan panggilan teteh.
      "Gimana kalau kita reunian sekelas?". Ia melanjutkan kata-katanya.
      "Emang boleh ga sebasa-basi ini ya teh?."
      Ucap Una dengan tawa cekikikan nya yang khas.
      "Wah, tapi boleh juga tuh idenya." Cica hanya menjawab pertanyaan dengan santai dan tentunya tenang,
      jawaban paling waras dari semua yang sudah Rain dengarkan.
      Iya, udah lama juga engga ngumpul, tapi penasaran kenapa tiba-tiba aja bilang kaya gitu coba?." Sasa
      menjawab dengan nada meledeknya.
      Ka..ng..e.n, jawabku dengan lirih dan terbata-bata.
      "Hah, apa?"
      "Kalau ngomong yang jelas atuh teh."
      "KANGENN, DAH TUH KALIAN PUAS???!."
      Rain menjawab dengan tak sabarnya.

      Mereka berempat yang kini bersambungan telepon dengannya hanya tertawa terbahak-bahak
      diseberang sana.
      Kangen apa kangen,"
      Kangen kita atau dia nih teh kira-kira,"
      Sautan demi sautan ledekan menguar dari mulut mereka.
      "Kangen kalian lah yang bener aja."
      "Oke deh teh, liat grup kelas coba." Una mencoba berkata dengan meredakan tawanya.
      UNAAA!!!, Teriak menggelagar Rain memenuhi panggilan tersebut. Panggilan pun terputus dengan Rain
      yang marah besar karena di grup kelas tercetak jelas bahwa dirinya mengajak mereka semua untuk
      acara reunian. Mau dibawa kemana coba harga dirinya, rasanya ia ingin menemui Una sekarang dan
      memarahinya habis-habisan, tapi Tuhan sepertinya sedang berpihak padanya karena Ia sedang tidak di
      Bandung saat ini. Rain pun terkaget ketika mamanya mulai meneriaki namnaya dan bertanya apakah
      kamar sudah ia bersihkan. Dengan terburu-buru buku kenangan tersebut ia taruh di atas kasurnya dan
      melanjutkan agenda bersih-bersihnya yang tertunda akibat terlena dengan sesi nostalgianya.















            Karya : Fayza Rahma Pramesti
   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44